Selasa, 20 Juli 2010

PA Karakter Kristen, Bab 5

Bab 5
Memercayai Allah


Kejadian 22:1-19

Kadang-kadang memercayai atau menaati Allah tampaknya akan menimbulkan malapetaka. Dalam hal-hal tertentu, mengatakan yang sebenarnya, memelihara integritas keuangan, menjaga kesucian dan kesetiaan seksual, bertentangan dengan insting dasar atau penalaran manusiawi kita.

Diskusi Kelompok. Tulislah daftar orang-orang yang menurut anda dapat dipercaya. Untuk setiap orang yang tercantum dalam daftar tersebut, berilah contoh bagaimana anda telah mempercayai mereka. Ceritakanlah kepada kelompok salah satunya.

Refleksi Pribadi. Pada saat seperti apa anda merasa sulit untuk memercayai Allah ?

Seandainya Allah meminta anda untuk melakukan sesuatu yang tampak sangat konyol atau bahkan bertentangan dengan apa yang anda pahami tentang Allah. Bagaimana anda akan menanggapinya? Contohnya, bagimana jika Allah meminta anda untuk membunuh anak anda? Tidak terpikirkan? Namun dalam Kejadian 22 Allah menempatkan Abraham pada posisi demikian. Dalam cerita yang gamblang dan dramatis, dan salah satu yang paling indah dalam Perjanjian Lama, kita melihat Abraham yang berhadapan langsung dengan ujian yang luar biasa atas imannya kepada Allah.
Baca Kejadian 22:1-19

1.    Jelaskan keadaan sulit Abraham dan tanggapannya.


2.    Bagaimana perasaan anda jika Allah meminta anda untuk menyerahkan orang yang paling penting dalam hidup anda?


3.    Perkataan dan ungkapan apa yang sangat menyakitkan dari perintah Allah kepada Abraham dalam Ayat 1-2?


4.    Mengapa perintah ini tampaknya sangat tidak dipahami oleh Abraham (lihat 17:15-22)?


5.    Daftarkan hal-hal khusus dimana Abraham menunjukkan imannya dalam Ayat 1-10.


6.    Dalam ayat 11-18 malaikat Tuhan berseru dua kali kepada Abraham. Bagaimana perkataan dan tindakan malaikat itu dapat memperdalam iman Abraham ?


7.    Dari teladan Abraham dalam bagian ini, bagaimana anda akan mendefinisikan iman?


8.    Bagaimana iman Abraham telah berpengaruh amat jauh kepada orang lain (ayat 15-18) ?


9.    Dengan cara bagaimana beriman atau kurang berimannya anda dapat mempengaruhi orang-orang di sekeliling anda?


10.    Dari pengalaman ini, apa yang Abraham pelajari tentang Allah?


11.    Ujian iman apakah yang sedang anda hadapi hari ini ?


12.    Bagaimana teladan Abraham dapat mendorong anda untuk lebih sungguh-sungguh mempercayai Allah?


Berdoalah agar Allah memberikan kebranian kepada anda untuk mempercayai Dia, bahkan ketika anda tidak dapat sepenuhnya memahami apa yang sedang Ia kerjakan didalam hidup anda.

Sekarang atau nanti
Baca Yakobus 1:2-5. Renungkan maksud-maksud Allah ketika Ia menguji kita.

Sumber : Buku Bahan PA Karakter Kristen, bab 5, hal 21-23, Perkantas


Lampiran :

EKSPOSISI KEJADIAN 22:1-19

Catatan: Kej 22:20-24 saya bahas bersama-sama dengan Kej 24.

I) Abraham diuji.

1)   ’mencoba’ (ay 1).

Terjemahan Kitab Suci Indonesia ini sama dengan terjemahan KJV yang menterjemahkan ‘tempt’ (= mencobai).

a)   Terjemahan ini salah / kurang tepat, dan ini bertentangan dengan Yak 1:13, yang mengatakan bahwa Allah tidak mencobai siapapun.

Terjemahan RSV/NIV/NASB, yaitu ‘test’ (= menguji), lebih tepat.

b)   Pencobaan diberikan oleh setan dengan maksud menjatuhkan manu­sia. Ujian diberikan oleh Allah, dengan maksud mengangkat / menguatkan kita.

2)   Ujian ini betul-betul datang dari Allah (ay 1-2).

Ada orang yang menganggap bahwa tidak mungkin Allah menyuruh Abraham membunuh anaknya. Ini hanyalah sesuatu yang timbul dalam pikiran Abraham. Ia mengira bahwa Allah menghendakinya untuk membunuh anaknya. Tetapi anggapan seperti itu jelas merupakan anggapan yang salah, karena ay 1-2 ini jelas menunjukkan bahwa ujian itu datang dari Allah, karena Allah berfirman kepada Abraham, dan menyuruhnya untuk mengorbankan anaknya.

3)   ’korban bakaran’ (ay 2).

Dalam Im 1 ditunjukkan caranya memberikan ‘korban bakaran’ kepada Allah, yaitu korban itu harus disembelih, lalu dibakar di atas mezbah.

Jadi, ini jelas berbeda dengan cara Hanna mempersembahkan Samuel kepada Tuhan (1Sam 1:11,28).

4)   Mengorbankan anak bagi dewa, adalah sesuatu yang umum di dalam semua agama-agama kafir pada jaman itu.

Mulai jaman Musa, hal seperti ini dilarang (bdk. Im 18:21  Im 20:2-5  Ul 12:31  Ul 18:10  2Raja-raja 16:3  2Raja-raja 17:17  Yeh 23:39).

Tetapi pada jaman Abraham, jelas bahwa larangan ini belum ada.

5)   Allah sendirilah yang memberikan Ishak kepada Abraham. Dan seka­rang Allah menguji apakah Abraham lebih mencintai Dia atau pembe­rianNya! Banyak orang gagal dalam ujian seperti ini. Misalnya: orang yang berdoa minta pekerjaan / anak / pacar dsb. Setelah Allah memberinya, maka ia mementingkan / mengasihi hal itu lebih dari Allah.

Karena itu, berhati-hatilah selalu akan pemberian / berkat Tuhan. Jangan mengasihi / mementingkan pemberian / berkat itu lebih dari Si Pemberinya!

6)   Ujian ini berat sekali. Mengapa?

a)   Karena Ishak adalah anak Abraham, bahkan anak tunggal, yang jelas Ia kasihi (ay 2).

Penerapan:

Dalam menguji Allah sering menuntut sesuatu yang paling kita kasihi! Karena apa? Karena Ia adalah Allah yang cemburu (bdk. Kel 20:5)! Ia tidak mau ada sesuatu / seseorang yang kita kasihi lebih dari Dia (Mat 10:37  Luk 14:26).

Renungkan: apa / siapa yang paling saudara kasihi dalam hidup saudara? Kalau Allah memintanya dari saudara, maukah saudara memberikannya?

b)   Karena Abraham mendapatkan Ishak setelah menunggu 25 tahun!

Andaikata Abraham dan Sara bisa mendapatkan anak sama gampangnya seperti Yakub, maka itu tentu berbeda. Tetapi Abraham dan Sara mendapatkan Ishak setelah menunggu 25 tahun, sehingga tentu menjadi sesuatu yang lebih berat untuk mempersembahkan Ishak kepada Tuhan.

c)   Karena Ishak harus mati dengan cara dibunuh / disembelih!

d)   Karena Abraham sendirilah yang harus menyembelih Ishak!

e)   Karena Abraham harus mempertanggungjawabkan pembunuhan itu kepada Sara. Apa yang harus ia katakan kepada Sara?

f)    Karena tanah / gunung Moria cukup jauh jaraknya (bdk. ay 4: setelah hari ketiga Abraham baru bisa melihat tempat itu dari jauh). Jaraknya lebih dari 60 mil dari tempat Abraham saat itu, dan bisa dicapai dengan berjalan kaki selama 20 jam non stop.

Jarak yang jauh / waktu yang lama ini memperberat pergumulan Abraham!

g)   Karena kelihatannya Allah menyuruh Abraham melakukan sesuatu yang bertentangan dengan firman / janjiNya yang lalu, yaitu bahwa Ishak adalah anak janji, dan bahwa Ishak akan menjadi bangsa yang besar (17:19  21:12).

Bandingkan dengan Ibr 11:17-18 - perhatikan kata ‘walaupun’ yang menunjukkan adanya pertentangan.

7)   Mengapa Allah memberi Abraham ujian yang begitu hebat? Jelas karena, oleh kasih karunia Allah, Abraham juga adalah orang yang hebat! Bandingkan dengan 1Kor 10:13 yang mengatakan bahwa Allah tidak membiarkan seseorang dicobai melampaui kekuatannya. Jadi kalau Allah mengijinkan seseorang mengalami pencobaan yang hebat, atau kalau Allah memberikan ujian yang hebat kepada seseorang, itu menunjukkan bahwa orang itu kuat.

Penerapan:

Kalau saudara menghadapi ujian yang berat, maka dalam arti terten­tu, saudara boleh bangga, karena itu menunjukkan bahwa saudara juga hebat! (Catatan: tetapi pada saat yang sama ingatlah bahwa saudara bisa menjadi hebat, karena kasih karunia / pekerjaan Tuhan, dan karenanya ini bukan alasan untuk menjadi sombong). Sebaliknya, kalau saudara tidak pernah mengalami ujian yang berat dalam hidup saudara, mungkin sekali menunjukkan bahwa saudara mempunyai iman yang lemah sekali, atau bahkan mungkin saudara belum beriman!

II) Sikap Abraham dalam menghadapi ujian.

1)   ’bangun’ (ay 3).

Ini menunjukkan bahwa ia tetap bisa tidur malam itu! Hanya dengan adanya iman dan penyerahan kepada Tuhan yang luar biasa yang memungkin­kan orang bisa tidur pada saat seperti itu!

2)   Taat langsung (ay 3).

a)   Rupa-rupanya ‘taat secara langsung’ merupakan kebiasaan Abraham (bdk. 21:14).

Apakah saudara juga mempunyai kebiasaan seperti ini? Banyak orang selalu menunda untuk mentaati Tuhan, tetapi menjadi marah kalau Tuhan menunda untuk mengabulkan doanya!

b)   Abraham bukan hanya tidak menunda ketaatan, tapi ia bahkan tidak bertanya ‘mengapa Tuhan?’

Seorang penafsir berkata: “God’s behests are not to be questioned but executed” (= perin­tah-perintah Allah tidak untuk dipertanyakan, tetapi untuk dilaksanakan).

3)   Dalam perjalanan selama beberapa hari itu, Abraham tidak maju mundur dalam keputusannya untuk mentaati Tuhan.

Penerapan:

Apakah saudara sering plin-plan dalam ketaatan / penyerahan / commitment saudara kepada Tuhan? Mungkin suatu kali saudara memutuskan untuk mentaati Tuhan dalam memberikan persembahan persepuluhan, tetapi baru beberapa bulan, saudara lalu menarik diri dari keputusan itu. Mungkin suatu kali saudara memutuskan untuk rajin datang dalam Pemahaman Alkitab, tetapi baru beberapa minggu saudara sudah berhenti datang ke Pemahaman Alkitab itu. Mungkin suatu kali saudara memutuskan untuk melayani Tuhan, tetapi sebentar lagi saudara kembali tertarik pada dunia dan berhenti melayani Tuhan. Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, belajarlah untuk bisa menjadi seperti Abraham.

4)   Kata-kata Abraham kepada bujang-bujangnya (ay 5).

a)   ’tinggallah kamu di sini’.

Mengapa Abraham tidak membiarkan mereka ikut ke puncak gunung? Karena ia tidak mau bujang-bujang itu menghalanginya membunuh Ishak! Ia berusaha menyingkirkan semua hal yang bisa menghalanginya untuk mentaati Tuhan! Andaikata saudara yang menjadi Abraham, mungkin sekali saudara justru akan membawa 20 bujang untuk ikut naik ke puncak gunung!

b)   ’sesudah itu kami kembali kepadamu’.

Kata ‘kami’ berarti ‘Abraham dan Ishak’! Padahal ia naik ke atas untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran kepada Tuhan. Lalu bagaimana ia bisa berkata ‘kami kembali kepadamu’?

Ada macam-macam pandangan:

·        ini adalah dusta.

·        ini sekedar suatu harapan yang tidak pasti.

·        ini merupakan nubuat yang tidak disadari (bdk. Yoh 11:49-51).

·        ia betul-betul beriman akan hal itu (bdk. Ibr 11:17-19).

Saya berpendapat bahwa pandangan yang benar adalah pandangan yang terakhir!

5)   Dialog antara Ishak dengan Abraham (ay 7-8).

a)   Pertanyaan Ishak ini pasti sangat menyakitkan bagi Abraham.

b)   Sukar dikatakan apakah jawaban Abraham ini adalah dusta, atau bahwa ia menjawab dengan iman (tetapi, sekalipun ia beriman, dari mana ia tahu bahwa Allah akan menyediakan dombanya?).

6)   Ay 9-10: Abraham betul-betul mau membunuh Ishak!

Ini menunjukkan bahwa:

a)   Abraham mengasihi Tuhan lebih dari semua!

Padahal pada saat itu, salib (yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah) belum terjadi! Sekarang, setelah salib itu terjadi, kita harus lebih-lebih mengasihi Allah lebih dari semua!

b)   Abraham mau memberikan yang terbaik kepada Tuhan

Illustrasi: Suatu hari, seorang misionaris Amerika yang tinggal di India, melihat seorang ibu India yang beragama Hindu, berjalan menuju Sungai Gangga sambil membawa 2 orang anaknya, yang satu lumpuh dan buta, tetapi yang satunya sempurna. Misionaris itu tahu bahwa ibu itu akan mempersembahkan anaknya di Sungai Gangga dan misionaris itu berusaha untuk membujuk ibu itu supaya tidak mengorbankan anaknya di Sungai Gangga, tetapi ia tidak berhasil. Ibu itu tetap pergi ke Sungai Gangga dan mengorban­kan salah satu anaknya bagi dewanya. Pada saat ia kembali, maka misionaris itu melihat bahwa anaknya tinggal satu, yaitu yang lumpuh dan buta! Misionaris itu lalu bertanya: ‘Ibu, kalau engkau harus mempersembahkan salah satu anakmu, mengapa engkau tidak memberikan anak yang lumpuh dan buta ini?’. Ibu itu menja­wab: ‘O tuan, aku tidak tahu Allah macam apa yang kamu punyai di Amerika. Tetapi aku tahu bahwa di India ini, allah kami mengharapkan kami untuk memberikan yang terbaik kepada dia!’.

Banyak dari kita (yang mengaku percaya bahwa Allah telah rela menjadi manusia, menderita dan mati bagi kita) sangat kikir dalam memberikan sesuatu kepada Tuhan. Bukankah kita seharusnya merasa malu kalau dibandingkan dengan ibu itu? Maukah saudara memberikan yang terbaik kepada Tuhan?

c)   Keyakinan Abraham tentang akan tergenapinya janji Tuhan, tidak ia letakkan pada Ishak yang adalah anak perjanjian itu, tetapi pada Tuhan / firman Tuhan sendiri! Bdk. Ibr 11:17-19!

Penerapan:

Tuhan memang sering menggunakan manusia untuk mene­pati janjiNya. Misalnya: Ia bisa menggunakan boss / orang tua saudara untuk mencukupi hidup saudara sesuai dengan janjiNya dalam Mat 6:25-34. Tetapi, saudara harus tetap bersandar / meletakkan keyakinan saudara pada Tuhan / firman Tuhan, dan bukan pada orang tua / boss saudara!

III) Tindakan Tuhan.

1)   Ay 11-12.

a)   Siapakah ‘Malaikat Tuhan’ ini?

Pada satu segi, kelihatannya Malaikat Tuhan ini adalah Allah / Tuhan sendiri. Ini terlihat dari:

·        Abraham menyebutNya ‘Tuhan’ (ay 11b).

·        Malaikat Tuhan itu berkata ‘... engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu’ (ay 12b).

Tetapi dari segi yang lain, kelihatannya Malaikat Tuhan ini membedakan diriNya dengan Allah / Tuhan. Ini terlihat dari kata-kataNya kepada Abraham dalam ay 12: ‘... telah Kuketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah’. Bahwa Ia mengatakan ‘takut akan Allah’, bukan ‘takut kepadaKu’, menunjukkan bahwa Ia membedakan diriNya dari Allah!

Karena itu, bagian ini bisa dijadikan salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal!

Barnes’ Notes:

“That one can be God and yet so distinct from Him in one sense as to be able to say, ‘I know that thou fearest God’, is to be explained on the ground of the distinction of divine persons” (= bahwa seseorang bisa adalah Allah, tetapi juga begitu berbeda dengan Dia dalam arti tertentu sehingga bisa berkata ‘Aku tahu bahwa engkau takut akan Allah’, harus dijelaskan berdasarkan perbedaan dari pribadi-pribadi ilahi).

Dalam ay 16-18, ‘Malaikat Tuhan’ itu berseru (ay 15), tetapi Ia lalu berkata ‘demikianlah firman TUHAN’ (ay 16). Dari sini kita bisa mendapatkan adanya 2 kemungkinan:

¨      istilah ‘Malaikat Tuhan’ dan ‘TUHAN’ digunakan secara interchangeable (= bisa dibolak balik), dan ini menunjukkan bahwa Malaikat Tuhan itu adalah TUHAN sendiri.

¨      Malaikat Tuhan itu menyampaikan firman dari TUHAN, dan ini menunjukkan bahwa Malaikat Tuhan itu berbeda dengan TUHAN.

b)   ’Jangan bunuh anak itu’ (ay 12).

·        Ini tidak berarti bahwa Tuhan mengubah RencanaNya! Dari semula maksud Tuhan hanya menguji Abraham!

·        Ini adalah suatu bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan). Dan karena itu, hal ini tidak boleh dianggap sebagai rumus / hukum. Artinya: ini tidak selalu terjadi! Bisa saja Tuhan meminta sesuatu yang saudara kasihi, dan pada waktu saudara menyerahkannya kepada Tuhan, Tuhan betul-betul menerimaNya!

c)   ’telah Kuketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah’ (ay 12).

Jelas bahwa bagian ini tidak berarti bahwa tadinya Allah tidak tahu kalau Abraham takut kepadaNya! Ada 2 buah penafsiran tentang bagian ini:

·        ini adalah bahasa Anthropomorphism (= bahasa yang menggam­barkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).

Arti dari kata-kata ini ialah: dengan tindakannya itu Abra­ham membuktikan bahwa ia takut kepada Allah.

·        kata ‘tahu’ diartikan ‘know by experience (= tahu melalui pengalaman). Jadi, tadinya Allah hanya tahu secara intelektual, tetapi sekarang Ia tahu dari pengalamanNya, bahwa Abraham takut kepadaNya.

2)   Ay 13-14.

a)   Allah memberikan domba sebagai pengganti Ishak. Karena itu, domba ini sering dianggap sebagai TYPE dari Kristus, karena Kristuspun juga adalah pengganti (substitute) kita dalam menerima hukuman Tuhan.

b)   ’Tuhan menyediakan’.

Menanggapi bagian ini, Calvin mengatakan: dengan kata-kata ini Abraham mengakui bahwa domba itu bisa ada disana, bukan karena kebetulan saja, tetapi karena pengaturan Tuhan (Providence of God)!

c)   Domba itu baru disediakan di atas gunung!

Tuhan tidak memberikannya di kaki gunung, karena itu akan menghancurkan ujian untuk Abraham itu. Tetapi Tuhan juga tidak memberikannya secara terlambat pada waktu Abraham sudah menyembelih Ishak, atau pada waktu Abraham sudah turun dari gunung tanpa memberi persembahan apa-apa kepada Tuhan! Tuhan selalu memberikan pada waktunya!

3)   Ay 15-18.

a)   Tuhan bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang / makhluk yang lebih tinggi dari Dia (bdk. Ibr 6:13,16).

b)   Karena Abraham taat kepada Tuhan, maka Allah mengulangi janji­Nya dengan sumpah, untuk memberikan keyakinan yang baru, yang lebih teguh, kepada Abraham!

Seorang penafsir mengatakan: “To obey is to find new assurance” (= mentaati berarti menemu­kan keyakinan yang baru).

Bandingkan dengan Yak 2:22  Yoh 8:31-32!

Penerapan:

·        apakah saudara merasa bahwa iman saudara tidak bertumbuh? Saudara masih sering kuatir, takut dsb? Mungkin sekali itu disebabkan oleh dosa yang saudara pertahankan! Taatlah kepada Tuhan dalam segala hal, maka iman saudara akan bertumbuh!

·        Apakah saudara mempunyai keyakinan keselamatan?

Orang kristen yang terus mempertahankan dosa tertentu, bisa tidak mempunyai keyakinan keselamatan, atau kehilangan keyakinan keselamatannya! (bukan kehilangan keselamatan, tetapi kehilangan keyakinan keselamatan!). Karena itu bertobatlah dan taatlah kepada Tuhan, maka Ia pasti akan menumbuhkan iman saudara dalam hal itu!

Penutup:

Abraham menerima berkat yang luar biasa dari Tuhan, karena ia menga­sihi Tuhan di atas segala sesuatu, dan Ia rela memberikan yang terbaik kepada Tuhan! Maukah saudara menirunya?
-AMIN-

Source : http://golgothaministry.org/kejadian/kejadian-22_1-19.htm

Selasa, 25 Mei 2010

PA Daniel (Bab 7) ; Menu Santapan Singa

 Daniel 6

Daniel di gua singa merupakan cerita yang tidak pernah bosan kita dengar. Semasa kecil, saya terkesan dengan cerita ini karena Daniel dilemparkan ke gua singa bukan karena ia jahat. Dia dihukum karena hidupnya saleh. Ini merupakan hal penting yang harus kita ingat selama kita mempelajari bagian ini. Kita biasa menerima konsep bahwa jika kita bersalah kita harus dihukum, dan jika kita benar seharusnyalah kita mendapatkan pujian. Idealnya memang demikian, tetapi yang terjadi tidak selalu seperti itu. Kadang-kadang yang bersalah mendapatkan pahala, sedangkan yang berbuat baik malah menerima hukuman. Pasal ini memperlihatkan bahwa kesalehan itu dapat sangat mahal harganya.

1. Bagaimana perasaan anda jika rekan kerja anda memutuskan untuk mengawasi segala hal dalam kehidupan sosial dan kehidupan pribadi anda ?


2. Baca Daniel 6. Menurut anda, mengapa para pejabat Persia mencari alasan untuk mendakwa Daniel (ay 2-6)  ?


3. Apa yang kita pelajari tentang karakter Daniel dari hasil penyelidikan musuh-musuhnya?


4. Jika anda diawasi seperti Daniel diawasi, perubahan apakah (jika ada) yang ingin anda lakukan terhadap gaya hidup anda sekarang ini ?


5. Raja Darius dengan senang hati menandatangani dokumen yang melarang orang berdoa kepada siapapun kecuali kepadanya (ay 7-10). Dalam hal apa tindakan ini mirip dengan dosa-dosa para pendahulunya ?


6.Bukti-bukti nyata apa yang anda dapatkan dalam ayat 11 mengenai ketaatan Daniel yang konsisten pada Allah ?


7. Bagaimana ayat 15-21 menekankan tentang dampak hidup Daniel pada raja ?


8. Dengan cara bagaimanakah keajaiban yang disaksikan oleh Darius telah meneguhkan teladan pribadi Daniel (ay 22-25) ?


9. Bagaimana kisah Daniel mendorong anda untuk menjadi teladan yang lebih menyerupai Kristus bagi orang-orang disekitar anda ?


10. Aspek-aspek spesifik apa dari karakter Allah yang dapat anda temukan dalam perintah raja Darius untuk memuji Tuhan ”Allahnya Daniel” (ay 26-28) ?


11. Renungkan kembali keenam pasal yang sudah kita pelajari ini. Bagaimana fakta bahwa Allah ”yang menggenggam nafas anda dan menentukan segala jalan anda” (Dan 5:23) dapat menolong anda menghargai dan menaati Allah, seperti yang sudah dilakukan Daniel ?


Sumber : hal 34-36 buku 7 Bahan PA Daniel "Tetap Saleh Ditengah Sekularitas". Penulis : Douglas Connely


Lampiran :

John Gill
This chapter gives an account of Daniel's being cast into the den of lions, and the causes of it, and the steps leading to it; and also of his wonderful deliverance out of it, and what followed upon that. It first relates how Daniel was made by Darius first president of the princes of the kingdom, which drew their envy upon him, Dan_6:1, and that these princes finding they could get no occasion against him, but in religion, proposed to the king to make a law forbidding prayer to any god for thirty days, which they got established, Dan_6:5, and Daniel breaking this law, is accused by them to the king; and the penalty, casting into the den of lions, is insisted on to be executed, Dan_6:10, which the king laboured to prevent, but in vain; and Daniel is cast to the lions, to the great grief of the king, Dan_6:14, who visited the den the next morning, and to his great joy found Daniel alive, Dan_6:19, upon which, by the law of retaliation, his accusers, their wives, and children, were cast into it, Dan_6:24, and an edict was published by the king, commanding all in his dominions to fear and reverence the God of Daniel, Dan_6:25.

Matthew Henry
Daniel does not give a continued history of the reigns in which he lived, nor of the state-affairs of the kingdoms of Chaldea and Persia, though he was himself a great man in those affairs; for what are those to us? But he selects such particular passages of story as serve for the confirming of our faith in God and the encouraging of our obedience to him, for the things written aforetime were written for our learning. It is a very observable improvable story that we have in this chapter, how Daniel by faith “stopped the mouths of lions,” and so “obtained a good report,” Heb_11:33. The three children were cast into the fiery furnace for not committing a known sin, Daniel was cast into the lions' den for not omitting a known duty, and God's miraculously delivering both them and him is left upon record for the encouragement of his servants in all ages to be resolute and constant both in their abhorrence of that which is evil and in their adherence to that which is good, whatever it cost them. In this chapter we have,  I. Daniel's preferment in the court of Darius (Dan_6:1-3).  II. The envy and malice of his enemies against him (Dan_6:4, Dan_6:5).  III. The decree they obtained against prayer for thirty days (Dan_6:6-9).  IV. Daniel's continuance and constancy in prayer, notwithstanding that decree (Dan_6:10).  V. Information given against him for it, and the casting of him into the den of lions (Dan_6:11-17).  VI. His miraculous preservation in the lions' den, and deliverance out of it (Dan_6:18-23).  VII. The casting of his accusers into the den, and their destruction there (Dan_6:24).  VIII. The decree which Darius made upon this occasion, in honour of the God of Daniel, and the prosperity of Daniel afterwards (Dan_6:25-28). And this God is our God for ever and ever.

Adam Clarke
Darius the Median, who succeeded Belshazzar in the kingdom of Babylon, having heard of Daniel’s extraordinary wisdom and understanding, constitutes him the chief of the three presidents who were over the whole empire, and purposed also to make him prime minister or viceroy, Dan_6:1-3. This great partiality of the king towards a stranger of Jewish extraction, and who had been carried captive into Chaldea, raised up a great many enemies to Daniel; and a scheme was even contrived by the presidents and princes to ruin him, Dan_6:4-15; which succeeded so far that he was cast into a den of lions, but was miraculously delivered, Dan_6:16-23. Darius, who was greatly displeased with himself for having been entrapped by the governors of the provinces to the prejudice of his faithful minister, is pleased and astonished at this deliverance; punished Daniel’s enemies with the same kind of death which they had designed for the prophet; and made a decree that, throughout his dominions, the God of Daniel should be had in the greatest veneration, Dan_6:24-28.

Darby
Another form of iniquity appears besides that of Babylon (chap. 6). Cyrus, personally, had better thoughts; and God, from whom they came, made use of him for the temporary re-establishment of His people, in order that the Messiah should come and present Himself to them-the last trial of His beloved people. It is not Cyrus, therefore, whom we find here the instrument of the iniquity which sought to destroy Daniel-of that human will which can never endure faithfulness to God. Here it is not idolatry, nor is it insult offered to Jehovah, but the exaltation of man himself, who would shut out all idea of God, who would have no God. This is one of the features that characterise the depths of the human heart. Man in general is well pleased with a god who will help him to satisfy his passions and his desires-a god who suits his purpose for the unity of his empire and the consolidation of his power. The religious part of man's nature is satisfied with gods of this kind, and worships them willingly, though he who establishes them imperially may do it only politically. Poor world! the true God suits neither their conscience nor their lusts. The enemy of our souls is well-pleased to cultivate in this manner the religiousness of our nature. False religion sets up gods that correspond to the desires of the natural heart, whatever they may be; but which never call into communion and never act upon the conscience. They may impose ceremonies and observances, for these suit man; but they can never bring an awakened conscience into relationship with themselves. That which man fears, and that which man desires, is the sphere of their influence. They produce nothing in the heart beyond the action of natural joys and fears. But, on the other hand, the pride of man sometimes assumes a character that changes everything in this respect. Man will himself be God and act according to his own will, and shut out a rivalship which his pride cannot endure. A superiority which cannot be disputed, if God exists, is insupportable to one who would stand alone. God must be got rid of. The enemies of the faithful avail themselves of this disposition. Cruelty is less inventive, save that its subtlety is shewn in this, that, in flattering the higher power, it does not appear to blame any except those who disobey and despise his word.
The contest being with God Himself, the question with men is decided with more carelessness and less passion as to them. Passion allies itself less with the pride than with the will of man. Man, whatever his position, is the slave of those who pay him the tribute of their flattery. Self-will is more its own master. In this case, deceived by his vanity, the king finds himself bound by laws, apparently instituted to guard his subjects from his caprices, under colour of attributing the character of immutability to his will and to his wisdom-a character that belongs to God alone. Daniel is cast into the lions' den. God preserves him. He will do the same for the remnant of Israel at the end of the age. The judgment, which the enemies of Israel sought to bring upon those who were faithful among that people, is executed upon themselves. But the effect of this judgment extends farther than in the former cases. Nebuchadnezzar forbade any evil being spoken of the God of Israel, and He extolled the King of heaven by whom he had been humbled. But Darius commands that in every place the God of Daniel and of Israel should be acknowledged, the only living God, whose kingdom is everlasting, and who had indeed delivered the man that trusted in Him. Historically it appears that Darius had some feelings of respect for God and for Daniel's piety. It was not his God, but the God of Daniel: still he honours Him, and even calls Him the living God.
Thus we see that idolatry, impiety, the pride that exalts itself above everything, are the characteristics of the great empires which Daniel sets before us, and the causes of their judgment. The judgment results in owning the God of the Jews as the living and delivering God and the Most High that ruleth in the kingdom of men. The same features will be found in the last days. This terminates the first part of the book.

Selasa, 18 Mei 2010

PA Karakter Kristen, Bab 4

Bab 4
Melawan Pencobaan

Kejadian 39

Mungkin tidak ada hal yang menggoda orang Kristen segencar pencobaan. Abraham tergoda untuk berbohong dan takut. Daud jatuh kedalam perangkap imoralitas seksual. Paulus bergumul dengan kesombongan. Bahkan Yesus menghadapai banyak pencobaan.

Diskusi Kelompok. Bagaimana anda mendefinisikan kata pencobaan ?

Refleksi Pribadi : Ambillah waktu untuk merenung. Pencobaan-pencobaan apa yang paling berat anda gumuli ? Mintalah agar Allah memakai pelajaran ini untuk menolong anda mengatasi pencobaan tersebut.

Dalam Kejadian 39 kita mengamati pergumulan dan kemenangan seorang laki-laki atas pencobaan. Yusuf adalah anak kesebelas dariYakub yang paling disayangi. Saudara-saudaranya yang iri menjual Yusuf yang berusia tujuh belas tahun sebagai budak. Di Mesir ia dijual lagi, kali ini kepada Potifar, salah seorang pegawai Firaun. Bagian ini menceritakan ujian pertama bagi Yusuf sementara Allah mempersiapkan dia untuk peranan yang sangat penting yang akan ia mainkan dalam sejarah Israel.
Baca Kejadian 39.

1. Jelaskan secara singkat masing-masing tokoh utama dalam bacaan ini, yaitu Yusuf, Potifar dan istri Potifar.


2. Bayangkan diri anda berada dalam situasi Yusuf. Pergumulan mental, emosi dan fisik seperti apa yang mungkin anda alami ?


3. Bagaimana Yusuf sampai menjadi penanggungjawab dari rumah tangga Potifar (ayat 1-4) ?


4. Apa akibat-akibat dari jabatan Yusuf ini (ayat 5-6) ?


5. Bagaimana posisi kewenangan, kekayaan dan kuasa ini mungkin mempengaruhi Yusuf?


6. Apa yang kita pelajari tentang karakter Yusuf dari ayat 7-9 ?


7. Apa yang membuat godaan dari istri Potifar ini sulit ditolak ?


8. Dari contoh Yusuf dalam ayat 7-12, apa yang dapat anda pelajari tentang mengalahkan godaan yang gencar ?


9. Apa harga yang harus dibayar oleh Yusuf karena ketaatannya (ayat 13-20)?


10. Godaan-godaan apa yang dengan gencarnya berusaha meraih jubah anda, seperti istri Potifar yang mencobai Yusuf ?


Mengapa harga dari penolakan anda untuk menyerah kepada godaan-godaan itu mungkin mahal? Jelaskan.


11. Hal-hal apa saja yang telah Allah kerjakan dalam hidup anda untuk menolong anda mengalahkan pencobaan ?


Ambillah waktu untuk mengakui pergumulan-pergumulan dan dosa-dosa nada.

Sekarang atau nanti.
Baca Efesus 6:10-20. Senjata tambahan apa yang telah Allah berikan kepada kita untuk melawan pencobaan ? Apa lagi yang anda pelajari mengenai peperangan rohani dari bagian ini . Mintalah Allah untuk melindungi anda.


Sumber : Buku Bahan PA Karakter Kristen, bab 4, hal 18-20, Perkantas


Lampiran :

Eksposisi
Kejadian 39:1-23



I) Yusuf di rumah Potifar (ay 1-6a).

1) Dari kehidupan di rumah ayahnya (Yakub) dimana ia menjadi anak emas (Kej 37), Yusuf sekarang dijual sebagai budak kepada Potifar! ‘Kejatuhan’ ini jelas merupakan hal yang sangat berat bagi Yusuf.

2) Diperkirakan bahwa Yusuf ada di rumah Potifar selama lebih kurang 10 tahun. Ini berguna bagi Yusuf, sehingga ia bisa mengenal kehidupan orang Mesir. Dan pengenalan tentang kehidupan orang Mesir ini berguna bagi dia, pada waktu nanti ia menjadi orang kedua setelah Firaun di seluruh Mesir. Di samping itu, ini juga berguna untuk membuat ia menjadi rendah hati, sehingga nanti pada waktu menjadi orang berkuasa ia tidak sombong. Bdk. Ro 8:28.

3) Di rumah Potifar, sekalipun menderita tetapi Yusuf disertai oleh Tuhan (ay 2). Ini menyebabkan ada step-step kemajuan dalam hidup Yusuf di rumah Potifar:

a) Segala yang diperbuatnya berhasil (ay 2b).
Calvin mengatakan : bahwa seseorang bisa sukses, hanya karena penyertaan / berkat Tuhan, tidak peduli ia orang kristen atau kafir!

b) Ia tinggal di rumah Potifar (ay 2c). Mungkin tadinya ia tinggal di rumah budak bersama budak-budak yang lain.

c) Potifar bisa melihat bahwa Tuhan membuat pekerjaan Yusuf berhasil (ay 3a), dan ini menyebabkan Potifar mengijinkan Yusuf melayani dia (ay 4a).

• Bahwa Potifar sampai bisa melihat bahwa Yusuf sukses dalam pekerjaannya karena Tuhan yang membuatnya berhasil, menunjukkan bahwa Tuhan menyertai / memberkati Yusuf dengan cara yang luar biasa.

• Tuhan memberkati, tetapi Yusuf bekerja! Ini terlihat dari kata-kata ‘pekerjaannya’ (ay 2), ‘dikerjakannya’ (ay 3), ‘melayani dia’ (ay 4). Tuhan tak akan memberkati orang malas yang tidak mau bekerja!

d) Potifar menyerahkan segala miliknya dalam kuasa Yusuf, sehingga dengan bantuan Yusuf ia tidak perlu mengurus apa-apa lagi kecuali makanannya sendiri (ay 4b-6).

• Kecuali makanannya sendiri.

Mengapa Potifar tetap mengturus makanannya sendiri? Dalam Kej 43:32 dikatakan bahwa orang Mesir tak boleh makan dengan orang Ibrani, karena bagi mereka itu adalah ‘kekejian’.

NIV: detestable (= menjijikkan).
KJV/RSV: abomination (= sesuatu yang sangat dibenci).
NASB: loathsome (= menjijikkan / memuakkan).

Jadi rupanya ada gap yang besar antara orang Mesir dan orang Ibrani, khususnya dalam hal makanan, sehingga Potifar tidak mau makanannya diurus oleh Yusuf.

• Penyerahan segala sesuatu ke dalam tangan Yusuf ini menyebabkan Potifar diberkati oleh Tuhan (ay 5b).
Sama seperti Laban diberkati karena Yakub (Kej 30:27), sekarang Potifar diberkati karena Yusuf. Orang yang dekat dengan anak Tuhan memang bisa kecipratan berkatnya! Tetapi bisa juga kecipratan serangan setannya!

Pulpit Commentary: “He with whom the Lord abides is a blessing to others” (= Ia dengan siapa Tuhan tinggal merupakan berkat bagi yang lain).

Jadi, kalau saudara mau menjadi berkat bagi orang lain, usahakanlah supaya Tuhan menyertai / dekat dengan saudara. Kalau Tuhan tidak beserta / dekat dengan saudara, saudara tidak bisa menjadi berkat bagi orang lain!

Berbuat / bersikap baik kepada anak Tuhan menyebabkan diberkati oleh Tuhan.

• Sekalipun tindakan Potifar ini baik, tetapi sebetulnya masih kurang baik. Seharusnya ia bertanya kepada Yusuf tentang Tuhan yang membuat Yusuf berhasil itu! Tetapi ia tidak melakukan hal itu, dan Yusufpun rupanya tidak memberitakan Injil seperti anak gadis yang menjadi budak Naaman dalam 2Raja-raja 5! Karena itu betapapun baik dan salehnya Yusuf hidup, tetap tidak membuat Potifar mengenal Tuhan.
Hal ini perlu ditekankan untuk menghadapi ajaran dari golongan tertentu yang menyatakan bahwa kita tidak perlu melakukan pekabaran Injil. Asal kita hidup saleh maka kita bisa menarik orang datang kepada Tuhan. Ini adalah omong kosong, karena tanpa kita memberitakan Injil, bagaimanapun salehnya kita hidup, itu tetap tak membuat orang di sekitar kita mengenal Kristus! Bdk. Ro 10:13-15.

4) Pulpit Commentary:

“An appointed lot. As everything on earth is, so was Joseph’s sad and sorrowful estate assigned him by Heaven; and the recognition of this doubtless it was by Joseph that prevented him from murmuring, and apparently inspired him with a cheerful confidence, even in the darkest times” (= Nasib yang ditetapkan. Sebagaimana segala sesuatu di bumi, demikian juga dengan nasib Yusuf ditetapkan oleh Surga; dan tidak diragukan lagi bahwa pengenalan akan hal ini oleh Yusuf mencegah dia dari bersungut-sungut, dan mengilhami dia dengan keyakinan yang penuh sukacita, bahkan pada masa-masa yang paling gelap).

II) Godaan istri Potifar (ay 6b-18).

1) Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya (ay 6b).

NIV: well built and handsome (= bentuk tubuhnya bagus dan ganteng).
NASB: handsome in form and appearance (= ganteng dalam bentuk dan rupa).
Istilah Ibrani yang sama digunakan terhadap Rahel (hanya gendernya / jenis kelaminnya berbeda) dalam Kej 29:17.

2) Istri Potifar tertarik kepada Yusuf dan mengajak Yusuf untuk melakukan hubungan sex (ay 7).

a) Ay 7 berkata bahwa hal itu terjadi setelah ‘selang beberapa waktu’. Ini terjadi sekitar 10 tahun setelah Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya (Bdk. Kej 37:2 41:1 41:46).

• Jadi, kenggantengan Yusuf tidak menyebabkan istri Potifar langsung tertarik. Kalau saudari sudah menikah dan langsung tertarik pada waktu melihat orang ngganteng, saudari lebih brengsek dari istri Potifar!

• Ini menunjukkan kehebatan Yusuf. Selama 10 tahun hidup di kalangan orang kafir, kerohaniannya bisa tetap terjaga dengan baik.

b) ‘memandang Yusuf dengan berahi’ (ay 7).
Kata-kata ‘dengan berahi’ sebetulnya tidak ada. Bagian ini sebetulnya hanya menunjukkan bahwa istri Potifar melihat / mengamati Yusuf. Tetapi ajakan mengadakan hubungan sex dalam ay 7b jelas menunjukkan bahwa hal ini berkembang menjadi keinginan sex.

• Jelas bahwa keinginan berzinah istri Potifar datang melalui matanya, dan jelas bahwa orang perempuan juga bisa melanggar Mat 5:28 (sekalipun tidak sesering laki-laki).

• Bandingkan dengan Ayub 31:1 yang menunjukkan bahwa salah satu kesalehan Ayub adalah menguasai matanya terhadap cewek!

c) Setan banyak menggunakan godaan sex untuk menghancurkan orang kristen / hamba Tuhan!

Pada waktu saya sekolah Theologia, seorang dosen saya pernah bertanya: apa yang paling kamu hargai? Teman-teman saya menjawab: jabatan / pekerjaan, nama baik, istri dan anak, gereja, pernikahan, orang tua, dsb. Dosen itu lalu berkata: setan menawarkan untuk mengambil semua itu dan menukarnya dengan hubungan sex selama 15 menit dengan seorang perempuan! Setiap kali saudara digoda setan menggunakan dosa sex, ingatlah baik-baik hal ini!

d) Dalam persoalan ini sebetulnya Potifar juga salah / tidak bijaksana. Ia membiarkan Yusuf yang ngganteng tinggal di rumahnya, dan nanti bahkan meninggalkan Yusuf sendirian dengan istrinya (ay 11).

3) Penolakan Yusuf (ay 8-9).

a) Yusuf menolak dengan alasan:

• Kepercayaan dan kebaikan Potifar kepadanya tidak layak dibalas dengan pengkhianatan dengan melakukan hubungan sex dengan istrinya (ay 8-9).

• Itu adalah ‘kejahatan / dosa yang besar’ (ay 9b).
Salah satu cara menghindari dosa adalah dengan menyebut dosa sebagai dosa. Dengan kata lain kita harus menyebut dosa dengan nama sebenarnya. Kalau saudara menyebut dosa sebagai ‘kelemahan’ atau ‘sesuatu yang kurang baik’, atau menyebut dusta sebagai ‘kebijaksanaan’, atau menyebut perzinahan sebagai ‘mengikuti mode’, maka jauh lebih mudah untuk jatuh ke dalamnya!

• Itu adalah dosa terhadap Allah.
Ini bukan sekedar dosa terhadap Potifar, tetapi terhadap Allah (bdk. Maz 51:6).
Potifar bisa tidak tahu, tetapi Allah pasti tahu! Karena itu ia tetap menolak sekalipun mereka sedang sendirian (ay 11-12).

Hal yang penting diperhatikan adalah bahwa Yusuf tidak menolak dengan alasan yang dibuat-buat seperti lelah, sakit, dsb.

Penerapan:

Banyak orang kristen yang diajak temannya berzinah, tetapi tidak berani menolaknya dengan mengatakan bahwa itu adalah dosa. Mungkin karena tidak mau ‘menyerang’ si pengajak, atau mungkin karena takut bakal ditertawakan oleh si pengajak, yang tahu bahwa ia dulu sering berzinah. Sebaliknya mereka memberi banyak alasan yang dibuat-buat seperti tidak punya uang, sedang tidak enak badan, sedang repot dsb. Ini merupakan cara penolakan yang salah, bukan hanya karena ini adalah dusta, tetapi juga karena penolakan seperti ini memberi kesan bahwa mereka sebetulnya mau, andaikata punya uang, sedang tidak repot, sedang sehat dsb! Ini menyebabkan lain kali si pengajak akan mengajak lagi, pada waktu dia melihat bahwa saudara punya uang, tidak sedang sakit, sedang tidak ada pekerjaan dsb.

Karena itu, belajarlah menolak dengan penolakan yang dilakukan oleh Yusuf. Kalaupun si pengajak tahu bahwa dulu saudara sering berzinah, tetaplah berani menolak dengan cara Yusuf, sambil menambahkan bahwa saudara sudah bertobat dari dosa itu dan tidak mau melakukannya lagi.

b) Yusuf menolak sekalipun ia tahu bahwa menolak perintah boss bisa berbahaya! Ingat bahwa ia bukan pegawai tetapi budak yang bisa diperlakukan semaunya oleh bossnya! Jadi ia jelas tahu bahwa penolakan ini mengandung resiko tinggi!

Penerapan:

Apakah saudara berani menolak perintah / ajakan boss yang bertentangan Firman Tuhan? Kalau ajakan berzinah mungkin saudara berani menolak, tetapi bagaimana kalau disuruh menghibur tamu dengan mengajaknya ke pelacuran / mencarikan pelacur?

c) Kalau Yusuf yang adalah seorang pemuda yang belum menikah bisa menolak godaan sex, maka tidak ada alasan bagi saudara yang adalah pemuda yang belum menikah untuk menyerah pada godaan sex. Lebih-lebih bagi saudara yang sudah setengah tua untuk menyerah pada godaan sex.

4) Istri Potifar tekun mengajak, tetapi Yusuf tekun menolak (ay 10)!

a) Istri Potifar mengajak terus ‘dari hari ke hari’! Betul-betul luar biasa bahwa Yusuf bisa tekun dalam menolaknya.

Illustrasi: Seorang pendeta naik kereta api, dan duduk berhadapan dengan cewek yang cantik, sexy, dan berpakaian minim. Ia terus berdoa supaya Tuhan menolong dia menghadapi pencobaan itu. Tetapi suatu kali kereta api mengerem, dan cewek itu terlempar ke pangkuan di pendeta. Pendeta itu memeluk cewek itu sambil berkata: ‘Ya Tuhan jadilah kehendakMu!’.

Ini contoh orang yang tidak tekun dalam menolak godaan! Tetapi lebih gawat lagi adalah orang yang tekun dalam tidak menolak godaan! Maukah saudara meniru Yusuf yang tekun dalam menolak godaan?

b) Lebih dari itu, Yusuf tidak mau bersama-sama dengan dia.

NIV: he refused to go to bed with her or even be with her (= ia menolak untuk tidur dengan dia, atau bahkan bersama dengan dia).

KJV, RSV, NASB juga mempunyai kata-kata ‘be with her’ (= ada / bersama dengan dia).

Yusuf tidak mau dekat-dekat dengan pencobaan, dan ini adalah sesuatu yang penting dalam mengalahkan godaan jenis ini (bdk. Amsal 5:8 - jauhilah perempuan jalang; juga 1Kor 6:18a).

Renungkan: ada orang yang sekalipun berusaha untuk tidak berbuat dosa, tetapi tetap ingin sedekat mungkin dengan dosa itu. Ini menunjukkan kecintaannya pada dosa itu. Dan dengan sikap seperti ini mustahil kita bisa terhindar dari dosa.

5) Istri Potifar memaksa, Yusuf tetap menolak, bahkan lari (ay 11-12).

Ada godaan yang tidak boleh ditinggal lari tetapi harus dihadapi. Misalnya: problem study, problem uang. Kalau hal-hal seperti ini kita tinggal lari, misalnya dengan tidur / pergi piknik, maka problem seperti ini bisa makin hebat. Tetapi ada godaan yang justru tidak boleh dihadapi tetapi harus ditinggal lari, misalnya godaan perzinahan. Di sini Yusuf melakukan hal yang benar! Ia lari, bukan kepada istri Potifar, tetapi ke luar!

6) Fitnahan istri Potifar (ay 13-18).

Ada beberapa alasan mengapa istri Potifar memfitnah Yusuf:

a) Jengkel / merasa terhina karena ajakannya ditolak.

b) Mungkin ketika Yusuf lari ke luar ada budak-budak lain yang melihatnya dan lalu masuk dan melihat istri Potifar dengan jubah Yusuf di tangannya. Dari pada dia yang dicurigai, ia lalu memfitnah Yusuf seakan-akan Yusuf berusaha memperkosanya.

Perhatikan juga cara istri Potifar memfitnah Yusuf:
• ia menyebut Yusuf sebagai ‘orang Ibrani’.
semua keturunan Eber (Kej 11:16) disebut sebagai ‘orang Ibrani’.
ia menyebut Yusuf sebagai orang Ibrani karena orang Mesir punya perasaan anti Ibrani (Kej 43:32).
• Ia tidak berkata ‘mempermainkan saya’ tetapi ‘mempermainkan kita’ (ay 14). Ini jelas cari bolo / teman!
Catatan: kata ‘mempermainkan’ dalam bahasa Ibraninya menggunakan kata yang sama seperti dalam Kej 26:8 (diterjemahkan ‘bercumbu-cumbuan’).

• Ia sengaja menyalahkan Potifar dan ini terlihat dari:
ay 14 - lihat dibawanya kemari ...
ay 17 - kaubawa kemari ...

Tujuannya supaya Potifar menjadi marah dan menghukum Yusuf.

III) Yusuf dalam penjara (ay 19-23).

1) Potifar menjadi marah (ay 19).

Kelihatannya ia percaya begitu saja fitnahan istrinya. Tetapi ada banyak penafsir yang meragukan bahwa Potifar menghukum Yusuf karena ia percaya begitu saja cerita istrinya.

Alasannya:

a) Ay 19 mengatakan Potifar ‘bangkit amarahnya’ tetapi tidak dikatakan bahwa kemarahan itu ditujukan kepada Yusuf. Mungkin sekali kemarahan itu justru ditujukan kepada istrinya.

b) Ada hal-hal yang tidak masuk akal dalam cerita / fitnahan istri Potifar ini, seperti:

• kalau ia memang berteriak-teriak, mengapa tidak ada orang yang dengar?

• kalau Yusuf berusaha memperkosanya maka lebih cocok kalau pakaian istri Potifar yang ada di tangan Yusuf, dan bukannya pakaian Yusuf yang ada di tangan istri Potifar.

Kalau Potifar bukan orang yang sangat bodoh mestinya ia bisa melihat hal-hal ini dan mencurigai cerita istrinya.

c) Yusuf hanya dihukum penjara, padahal kalau memang Potifar percaya bahwa Yusuf berusaha memperkosa istrinya, tidak mungkin ia menghukum Yusuf dengan hukuman seringan itu!

Tetapi kalau Potifar tidak percaya kepada istrinya, mengapa ia menghukum Yusuf? Karena:
• ia tak bisa membuktikan ketidak-benaran kata-kata istrinya.
• lebih mempercayai kata-kata budak dari pada istri adalah sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan.
• ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.

Tetapi tentu saja ini adalah sikap yang salah!

2) Yusuf masuk penjara (ay 20).

a) Maz 105:18 menggambarkan dengan lebih jelas keadaan Yusuf saat itu, dimana leher dan kakinya di belenggu. Ini jelas merupakan suatu penderitaan.

b) Bahwa Yusuf yang saleh bisa masuk penjara karena menolak ajakan berzinah, menunjukkan bahwa orang yang hidup saleh bisa menerima upah yang sangat tidak sesuai / tidak adil! Bdk. 1Pet 4:14-16 Mat 5:10.

c) Yusuf masuk ‘jurang’ lagi.
Tadinya dari kedudukan sebagai anak emas Yakub, ia menjadi budak. Setelah kedudukannya menanjak, tahu-tahu ia difitnah dan masuk penjara.

Disela-sela ‘jurang’ ada masa enak. Calvin berpendapat bahwa ini tujuannya adalah:
supaya pencobaan tidak lebih dari kekuatan Yusuf.
supaya pada saat itu ia bisa memulihkan kekuatan sehingga kuat menghadapi jurang yang akan datang!

Karena itu, kalau saudara sedang dalam masa enak, gunakan saat itu dengan bijaksana dengan memperkuat rohani saudara! Dengan demikian pada waktu saudara mengalami ‘jurang’ maka saudara kuat menanggungnya!

3) Yusuf masuk penjara, tetapi Tuhan menyertai Yusuf.

Apa yang terjadi dalam ay 1-6, terjadi lagi dalam ay 21-23! Tuhan menyertai Yusuf dalam penjara dan menyebabkan ia disukai kepala penjara.
• lagi-lagi naiknya step by step (= langkah demi langkah)!
• Tuhan yang membuat Potifar maupun kepala penjara senang terhadap Yusuf. Tuhan yang membuat orang senang (Hak 14:1-4), dan Tuhan juga yang membuat orang benci / tidak senang (bdk. 1Raja 11:14,23 Maz 105:25). Memang hati manusia ada dalam tangan Tuhan dan Ia bisa mengarahkannya kemanapun Ia kehendaki (Amsal 21:1).

Kesimpulan / penutup:

Dalam keadaan yang paling gelap / tidak enak, tetaplah mentaati Tuhan. Keadaan bisa bahkan memburuk, tetapi Tuhan tetap beserta saudara, dan ia bisa mengubah keadaan itu sehingga makin membaik secara bertahap!

Sumber Lampiran :  http://golgothaministry.org/kejadian/kejadian-39_1-23.htm

Selasa, 11 Mei 2010

PA Daniel (Bab 6), Tulisan Tangan Di Dinding

Daniel 5

Jangan pernah meremehkan pengaruh kehidupan seorang saleh! Ketika pasal 5 ini terjadi, Daniel sudah tua – lebih dari delapan puluh usianya. Raja yang menggantikan Nebukadnezar memandang sebelah mata padanya. Daniel dipindahkan ke bagian yang tak berarti dalam struktur birokrasi Babel. Namun ketika raja menemui masalah, ia memanggil hamba Allah ini. Daniel menunjukkan pada kita bagaimana hidup berpegang teguh pada Allah ini. Daniel menujukkan pada kita bagaimana hidup berpegang teguh pada Allah selama masa pembuangan yang panjang.


1. Alkitab penuh dengan teladan yang baik dan yang buruk. Mengapa belajar dari pengalaman orang lain itu sangat penting ?


2. Baca Daniel 5. Pasal ini dimulai dengan sebuah perjamuan yang besar! Menurut anda, perbuatan dan sikap yang mana dari Belsyazar dan tamu-tamunya yang telah memancing murka Tuhan ?


3. Peristiwa-peristiwa dalam pasal ini terjadi pada tahun 539 SM, tahun (dan malam) jatuhnya Babel oleh pasukan Media-Persia dipimpin oleh Koresy Agung. Bangsa Babel menganggap kota mereka tidak dapat dikalahkan. Mereka memiliki persediaan makana untuk masa 20 tahun dan air segar sungai Efrat yang mengalir melalui jantung kota. Dengan kondisi kota seperti itu, menurut anda apa yang mendorong Belsyazar mengadakan perjamuan itu?


4. Apa reaksi anda jika anda berada disebuah pesta dan melihat sebuah tangan muncul serta menulis di dinding (ay 5) ?


5. Tiga kali Daniel mencatat kegagalan ”orang-orang bijak” dari Babel menafsirkan pesan dari Allah. Hal apa yang sebenarnya ingin dikemukakan Daniel ?


6. Menurut anda, mengapa Daniel mengingatkan Belsyazar tentang Allah memperlakukan Nebukadnezar (ay 18-21) ?


7. Pengertian mendalam apa yang dapat anda temukan dalam ayat 22-23 mengenai sifat dasar dosa-dosa Belsyazar ?


8. Dalam hal-hal apa kita dapat tergoda untuk menjadi orang congkak atau angkuh ?


9. Bagaimana kata-kata Daniel pada Belsyazar dapat menolong kita menjadi lebih rendah hati dan bersyukur kepada Allah (ay 18-24) ?


10. Berdasarkan ayt 29-30, apa anda mengira Belsyazar menerima tafsiran Daniel sebagai pesan berotoritas dari Allah yang sejati ? Jelaskan.


11. Mengapa Daniel menekankan bahwa ”Pada malam itu juga” kota Babel jatuh dan Belsyazar terbunuh (ay 30)?


12. Bagaimana pasal ini menunjukkan bahwa tujuh puluh tahun hidup dibawah pengaruh Babel tidak mematahkan keyakinan Daniel ?


13. Apa yang dapat kita pelajari dari teladan Daniel yang dapat menolong kita menghadapi tekanan untuk mengkompromikan keyakinan hidup kita ?


Sumber : Buku 7 Bahan PA Daniel, Douglas Connelly, Penerbit Perkantas Jakarta, hal 30-33

Lampiran :

John Gill :


Daniel 5 - INTRODUCTION TO DANIEL 5

This chapter gives an account of a feast made by King Belshazzar, attended with drunkenness, idolatry, and profanation of the vessels taken out of the temple at Jerusalem, Dan_5:1, and of the displeasure of God, signified by a handwriting on the wall, which terrified the king, and caused him to send in haste for the astrologers, &c. to read and interpret it, but they could not, Dan_5:5, in this distress, which appeared in the countenances of him and his nobles, the queen mother advises him to send for Daniel, of whom she gives a great encomium, Dan_5:9, upon which he was brought in to the king, and promised a great reward to read and interpret the writing; the reward he slighted, but promised to read and interpret the writing, Dan_5:13 and after putting him in mind of what had befallen his grandfather Nebuchadnezzar, and charging him with pride, idolatry, and profanation of the vessels of the Lord, Dan_5:18 reads and interprets the writing to him Dan_5:24, when he had honour done him, and was preferred in the government, Dan_5:29 and the chapter is concluded with an account of the immediate accomplishment of ancient prophecies, and of this handwriting, in the slaying of the king of Babylon, in the dissolution of the Babylonish monarchy, and the possession of it by Darius the Mede, Dan_5:30.

Henry :

Daniel 5 -
The destruction of the kingdom of Babylon had been long and often foretold when it was at a distance; in this chapter we have it accomplished, and a prediction of it the very same night that it was accomplished. Belshazzar now reigned in Babylon; some compute he had reigned seventeen years, others but three; we have here the story of his exit and the period of his kingdom. We must know that about two years before this Cyrus king of Persia, a growing monarch, came against Babylon with a great army; Belshazzar met him, fought him, and was routed by him in a pitched battle. He and his scattered forces retired into the city, where Cyrus besieged them. They were very secure, because the river Euphrates was their bulwark, and they had twenty years; provision in the city; but in the second year of the siege he took it, as is here related. We have in this chapter, I. The riotous, idolatrous, sacrilegious feast which Belshazzar made, in which he filled up the measure of his iniquity (Dan_5:1-4). II. The alarm given him in the midst of his jollity by a hand-writing on the wall, which none of his wise men could read or tell him the meaning of (Dan_5:5-9). III. The interpretation of the mystical characters by Daniel, who was at length brought in to him, and dealt plainly with him, and showed him his doom written (v. 10-28). IV. The immediate accomplishment of the interpretation in the slaying of the king and seizing of the kingdom (Dan_5:30, Dan_5:31).

Adam Clarke :

Daniel 5 -
In the commencement of this chapter we are informed how Belshazzar, the grandson of Nebuchadnezzar, when rioting in his palace, and profaning the severed vessels of the temple, Dan_5:1-4, was suddenly terrified with the appearance of the fingers of a man’s hand, which wrote a few words on the wall before him, Dan_5:5, Dan_5:6. The wise men and astrologers were immediately called in to show the king the interpretation; but they could not so much as read the writing, because (as Houbigant and others have conjectured) though the words are in the Chaldee tongue, yet they were written in the Samaritan or ancient Hebrew characters, with which the wise men of Babylon were very probably unacquainted, as the Jews were at that time a despised people, and the knowledge of their language not a fashionable attainment, Dan_5:7-9. Daniel, who had been so highly esteemed by Nebuchadnezzar for his superior wisdom, appears to have been altogether unknown to Belshazzar, till the queen (the same who had been the wife of Nebuchadnezzar according to the general opinion, or the queen consort according to others) had informed him, Dan_5:10-12. Upon the queen’s recommendation, Daniel is called in, Dan_5:13-16; who boldly tells this despotic king, that as he had not benefited by the judgments inflicted on his grandfather, but gave himself up to pride and profanity, and had added to his other sins an utter contempt for the God of the Jews by drinking wine out of the sacred vessels of Jehovah in honor of his idols, Dan_5:17-23; the Supreme Being, the Ruler of heaven and earth, had written his condemnation in three words, Mene, Tekel, Peres, Dan_5:24, Dan_5:25; the first of which is repeated in the copies containing the Chaldean original; but all the ancient Versions, except the Syriac, are without this repetition. Daniel then gives the king and his lords the fearful import of the writing, viz., that the period allotted for the duration of the Chaldean empire was now completed, (see Jer_25:12-14), and that the kingdom was about to be transferred to the Medes and Persians, Dan_5:26-28. However unwelcome such an interpretation must have been to Belshazzar, yet the monarch, overwhelmed with its clearness and certainty, commanded the prophet to be honored, Dan_5:29. And that very night the prediction was fulfilled, for the king was slain, Dan_5:30, and the city taken by the Medes and Persians, Dan_5:31. This great event was also predicted by Isaiah and Jeremiah; and the manner in which it was accomplished is recorded by Herodotus and Xenophon.